Monday, January 31, 2011

RUBIK , PERMAINAN ASAH OTAK



Pernah bermain ”rubik’s cube”? Bermain rubik itu seru lho. Banyak remaja telah berpindah ke permainan otak, seperti rubik.

Permainan ”game online” memang masih diminati kalangan remaja, tetapi sepertinya tak sesemarak dulu. Game ”online” sudah tidak seseru dulu, ”game”-nya hanya itu-itu saja.


Sebenarnya rubik dapat dijadikan permainan yang tidak kalah menarik dengan game online. Rubik’s cube berbentuk kubus 3 x 3 x 3 untuk yang standar. Hanya dengan bentuk seperti itu, rubik bisa membuat banyak orang pusing dan bingung untuk menyelesaikannya.

Rubik adalah permainan lama yang muncul kembali. Permainan ini sejenis dengan catur, yang lebih menggunakan kemampuan otak untuk memainkannya.

Game online memang kelihatan seru, tapi coba kalian bermain rubik. Permainan ini dijamin tidak kalah serunya dengan game online, dan pasti membuat kita penasaran untuk menyelesaikannya. Buat apa kita menghabiskan uang untuk pergi ke warnet setiap hari, sementara ada permainan yang lebih mudah dan bermanfaat? Dengan keahlian dan kemahiran bermain rubik, kalian dapat menyelesaikan teka-teki rubik dalam waktu yang cukup memuaskan.

Daya tarik

Rata-rata anak muda menyukai berbagai macam tantangan. Mereka menganggap tantangan itu suatu hal yang seru dan berusaha untuk melewati tantangannya itu.

Bermain rubik itu mengasyikkan. Selain murni permainan ketangkasan logika, kita dituntut bekerja keras untuk menyelesaikannya.

Walaupun demikian, bagi orang-orang tertentu jenis permainan ini dianggap mudah meski saat mencoba memainkannya, mereka kesulitan untuk menyelesaikannya. Kesulitan itu karena kita harus berpikir berulang kali agar dapat menyamakan warna-warna pada setiap sisinya.

Waktu yang dibutuhkan pemain rubik profesional biasanya sekitar satu menit, bahkan bisa lebih cepat bagi mereka yang jam terbangnya tinggi. Dari permainan rubik, terbukti banyak anak yang mulai berlatih, bahkan mengadu cepat untuk menyelesaikannya.

Berdasarkan survei kepada sebagian besar orangtua, hampir semuanya menjawab setuju anaknya mengasah kemampuan otak dengan bermain rubik daripada jenis permainan online. Ini karena rubik dipandang lebih bermanfaat untuk mengasah otak. Maka, tak dapat dipungkiri tren bermain rubrik itu fenomena positif untuk menggeser jenis permainan yang sifatnya ”hura-hura”, seperti game online.

Sejarah rubik

Kubus rubik adalah permainan dalam bentuk teka-teki mekanik yang dibuat pada 1974 oleh seorang pemahat dan profesor arsitektur dari Hongaria, Erno Rubik. Dari nama tersebut lahirlah permainan yang disebut rubik.

Kubus itu terbuat dari plastik yang terdiri atas 26 sisi. Setiap sisi dari kubus memiliki sembilan permukaan yang terdiri atas enam warna berbeda. Teka-teki dari permainan rubik ini harus dipecahkan agar setiap sisi dari kubus rubik punya satu warna.

Sekitar tahun 1974 permainan ini sangat digemari masyarakat Hongaria. Akan tetapi, begitu banyak teka-teki yang harus diselesaikan dan butuh waktu lama untuk memecahkan permainan itu, sehingga pada 1980-an permainan ini hanya tinggal sejarah.

Lalu, pada tahun yang sama, kubus rubik kembali dibuat dan dipasarkan di Barat. Sekitar tahun 1990-an permainan ini kembali populer. Bahkan, begitu banyak kejuaraan yang digelar di beberapa negara. Terlebih setelah banyak solusi yang ditawarkan para juara dunia dalam bermain rubik, seperti Erik, Yu Nakajima, Fridrich, Bob Burton, Pochmann, dan Chris H.

Dengan solusi dari mereka, permainan ini kembali disukai banyak orang. Teka-teki yang harus dipecahkan menjadi tantangan tersendiri bagi setiap pemain.

Pada 1990, rubik terjual di beberapa negara hingga 300 juta buah. Seiring dengan perjalanan waktu, ternyata rubik’s cube yang selama ini dimainkan tidak hanya berjenis 3 x 3 x 3, tetapi ada banyak jenis kubus rubik lain, yang mungkin jauh lebih menantang. Ada kubus rubik 4 x 4 x 4, 7 x 7 x 7, bahkan berbentuk prisma.

Permainan kubus rubik ini dapat dikatakan cukup bersejarah. Meskipun ada beberapa masa di mana rubik sempat tak diminati remaja karena tingkat kesulitan yang cukup tinggi. Akan tetapi, ini tidak menjadi kendala, bahkan rubik kubus semakin eksis pada masa kini.
KOMPAS.com

No comments:

Post a Comment